Selasa, 10 April 2012

Bagaimana Cara Anda Menyelesaikan Masalah?

Dalam pengalaman saya bekerja dan berinteraksi dengan banyak orang, saya amati ada dua tipe orang dalam menghadapi masalah atau problem, baik di pekerjaan maupun kehidupan sosial. Dua tipe ini adalah reactive (bereaksi begitu masalah datang) dan receptive (mau menerima masalah).

Pendekatan Reactive

Mereka yang reactive biasanya melihat suatu masalah sebagai ancaman. Entah ancaman terhadap karirnya, bisnisnya, keluarganya, dan sebagainya. Dalam kelompok ini Anda mencari solusi terhadap masalah dengan menggunakan pendekatan logis dan tradisional. Ciri-cirinya:
  • Begitu masalah datang Anda cenderung segera mencari cara apapun untuk mengatasinya.
  • Masalah dilihat sebagai faktor penghambat perkembangan diri.
  • Anda akan segera menyusun strategi untuk menghadapi masalah
  • Karena masalah dilihat sebagai ancaman, dia akan mendominasi pikiran dan cenderung menyebabkan kecemasan dan stress.
Apabila Anda bekerja di perusahaan, barangkali Anda pernah diminta untuk memimpin suatu proyek dimana Anda bertanggung jawab untuk mencapai target tertentu. Disini Anda dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan analisa, justifikasi, dan pemikiran logis dalan menghadapi tantangan atau masalah yang muncul. Anda akan berada dalam kondisi tertekan untuk memenuhi deadline. Bisa ditebak, Anda akan cenderung menggunakan pendekatan reaktif dalam menyelesaikan persoalan.

Pendekatan Receptive

Pendekatan ini biasanya dipraktekkan oleh mereka yang sudah menyadari bahwa masalah bukanlah ancaman tetapi justru konsekuensi yang timbul dari suatu kondisi yang kita ciptakan. Oleh karena itu kita mempunyai kekuatan untuk mengubah kondisi tersebut dari dalam diri sendiri. Anda mau menerima masalah dan pada saat yang sama membuat solusinya.Ciri-cirinya:

Ketika masalah datang, Anda mengenalinya dan menggunakan pendekatan:
  • Masalah merupakan kebalikan dari solusi. Ketika masalah muncul, Anda percaya saat itu juga bahwa solusinya sudah ada.
  • Anda fokus kepada solusi dari persoalan yang timbul, bukan pada penyebab dari masalah itu. Dengan demikian Anda mengambil alih kontrol dari dalam diri Anda sendiri, bukannya dikendalikan oleh keadaan di luar.
  • Masalah merupakan kesempatan untuk pengembangan diri. Anda melihatnya sebagai peluang untuk meciptakan realitas positif dalam hidup Anda.
Mau menerima masalah bukan berarti berdiam diri. Anda tidak ”kebakaran jenggot” tetapi mengenali masalah itu dengan tenang dan membuat diri Anda responsif terhadap semua yang Anda perlukan untuk mengundang solusi.

Contoh yang paling sederhana adalah ketika pasangan yang Anda cintai (misalnya istri, suami, atau pacar) sedang ngambek karena masalah sepele. Dengan pendekatan reactive, Anda hanya akan memperburuk keadaan dengan bertanya-tanya kenapa dia harus ngambek, menganalisa penyebabnya dan merasa kondisi ini akan mengancam keharmonisan hubungan Anda dengannya. Bukannya solusi yang didapat tetapi justru kecemasan dan kekhawatiran.

Dengan pendekatan receptive, Anda menerima dan menyadari bahwa pasangan Anda sedang marah. Anda fokuskan energi Anda untuk menciptakan kasih sayang yang pada dasarnya merupakan lawan dari kemarahan. Anda tidak larut terbawa suasana – mencoba mencari jawaban dari analisa kenapa dia jadi marah – tetapi mengambil alih kendali dari dalam diri sendiri, tetap berpikir tenang, dan menunjukan sikap positif dalam perilaku Anda. Anda akan rasakan bahwa berada dalam situasi ini justru membuat diri Anda berkembang. Anda membuat kualitas positif dari diri Anda muncul ke permukaan dan sudah menjadi hukum alam dengan bersikap seperti ini pasangan Anda niscaya akan berubah dari marah menjadi cinta.

Pendekatan receptive ini bisa Anda praktekkan di kehidupan bisnis, rumah tangga, dan sosial. Intinya Anda membangun keyakinan bahwa masalah tidaklah nyata sehingga Anda tidak merasa terbebani. Latih diri Anda untuk tidak reaktif ketika suatu masalah muncul. Fokuskan diri Anda pada lawan dari masalah, yaitu solusi, untuk menemukan kendali dan bukannya larut dalam masalah itu.

 By Al Falaq Arsendatama

Beranilah Memulai Sesuatu yang Besar

Ada saran ketika mulai bisnis harus dari yang kecil dulu sesuai dengan kondisi keuangan kita dan sesuai dengan pengalaman yang kita miliki. Itu sangat benar sekali. Dalam konteks ini yang ingin saya bahas adalah tidak ada keharusan juga untuk mulai dari yang kecil. Bisnis adalah masalah keberanian mengambil resiko. Jika Anda mendapatkan kesempatan untuk bisa merealisasikan ide besar dengan kondisi yang Anda yakin bisa Anda lakukan dengan modal besar, ya lakukan. 

Tidak ada hukum kekekalan dalam bisnis yang berlaku untuk selalu memulai dari yang kecil dengan modal yang kecil. Saya menulis seperti ini karena saya ingin menggelitik sedikit pikiran para pengusaha yang sudah mencapai titik aman pertama dalam bisnisnya untuk berani membesarkan impian untuk mencapai yang lebih tinggi. Kita bukannya tidak bersyukur tetapi ingatlah dalam bisnis kita harus berpatron dengan kemajuan negara-negara maju yang begitu pesat dalam mengembangkan bisnis. 

Kenapa sebuah ide besar dan mendunia keberadaannya selalu identik berasal dari negara maju. Kita sebut saja nama-nama tenar seperti FACEBOOK, YOUTUBE, GOOGLE, WALMART, dan lain sebagainya selalu memposisikan diri bahwa negara dunia ketiga seperti Indonesia tidak pernah bisa menyamai kemajuan teknologi dan bisnis negara maju. Itu salah besar. Memang sih dalam hal ini tidak disampaikan secara implisit. Tapi pemahaman ini disampaikan secara tidak langsung. Banyak anak-anak muda mengatakan sangat mudah membuat teknologi yang berkembang pesat seperti di negara maju. 

Tetapi kenapa kita tidak pernah bisa mendahului keberadaan sebuah merek besar yang mendunia. Inilah momok yang harus kita basmi dengan cara berani bermimpi besar dan berani memulai dengan sesuatu yang besar. Saya sangat mengenal secara tidak langsung beberapa pengusaha besar yang berkata bahwasanya mereka orang yang sangat fokus dan mereka hanya melakukan bisnis besar. Bisnis besar akan menghasilkan keuntungan yang besar pula. Terlalu banyak pengusaha sukses yang hanya jago kandang dan tidak pernah berani meningkatkan taraf kesuksesannya hingga dikenal dunia.

Seorang pengusaha yang mendapatkan ide besar dengan peluang investasi yang besar berarti sudah memulai dari sesuatu yang kecil. Saya adalah orang yang sangat yakin akan proses dan pengalaman. Tidak akan ada keberanian seseorang untuk melemparkan ide besar dengan investasi besar ke publik jika selama ini dia tidak memulai dengan bisnis yang kecil. Ini semua saya alami sendiri. Usaha saya masih terbilang belum BESAR (Saya menghindari kata KECIL karena berkonotasi negatif) tetapi pengalaman usaha yang saya mulai dari yang kecil sudah sangat banyak walaupun belum BERHASIL, tetapi saya selalu mendapatkan ide untuk merealisasikan sebuah ide besar. Saya yakin ada jalan untuk kita semua. Jika mereka bisa, kita pasti lebih bisa. Semangat!!!


By. Hafizzuddin, S.E.
Owner & Founder RAJAGUNG